A. Faktor
penghambat mobilitas sosial
Ada beberapa faktor penting yang justru
menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai
berikut :
Nelson Mandela, pejuang persamaan hak
kulit hitam di Afrika selatan
- Perbedaan kelas rasial, seperti
yang terjadi di Afrika
Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa
dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat
duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut
Apartheid dan dianggap berakhir ketika Nelson
Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika
Selatan
- Agama, seperti
yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta.
- Diskriminasi Kelas dalam
sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti
dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat
dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
Contoh: jumlah anggota DPR yag dibatasi
hanya 500 orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan untuk
menaikan status sosialnya menjadi anggota DPR.
- Kemiskinan dapat
membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu
sosial tertentu.
Contoh: "A" memutuskan untuk
tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai,
sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
- Perbedaan jenis kelamin dalam
masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial,
dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialnya.
B.
Beberapa bentuk mobilitas sosial
1.
Mobilitas
sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan
peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial
ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam
derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti
kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini
mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir
tidak mengubah status sosialnya.
2.
Mobilitas sosial
vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah
perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke
kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas
sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social
climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).
a.
Mobilitas
vertikal ke atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas atau social
climbing mempunyai dua bentuk yang utama
- Masuk ke dalam kedudukan
yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai
kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan
tersebut telah ada sebelumnya.
Contoh: A adalah seorang guru sejarah
di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala
sekolah.
- Membentuk kelompok baru.
Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan
status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua
organisasi.
Contoh: Pembentukan organisasi baru
memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut,
sehingga status sosialnya naik.
b.
Mobilitas
vertikal ke bawah (Social sinking)
Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai
dua bentuk utama.
- Turunnya kedudukan.
Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.
Contoh: seorang prajurit dipecat karena
melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
- Turunnya derajat kelompok. Derajat
sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok
sebagai kesatuan.
Contoh: Juventus terdegradasi ke seri
B. akibatnya, status sosial tim pun turun.
3.
Mobilitas
antargenerasi
Mobilitas
antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih,
misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya.
Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun
dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu
sendiri, melainkan pada perpindahan
status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.
Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang
becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia
berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan
telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.
4.
Mobilitas
intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah
mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu
generasi.
Contoh: Pak Darjo awalnya adalah
seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga
keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin
besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama
Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada
awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung daripada
kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang
pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial
antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas
intragenerasi.
5.
Gerak sosial
geografis
C. Faktor-faktor
yang memengaruhi mobilitas sosial
Mobilitas sosial dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut
:
Struktur kasta dan kelas
dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari
luar masyarakat. Misalnya,
kemajuan teknologi membuka
kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat
menimbilkan stratifikasi baru.
Ekspansi teritorial dan perpindahan
penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan
mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan
berkurangnya penduduk.
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata
yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam
pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi
mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea
efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan
merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya
mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat
pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan
menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang
lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini
memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati
status tersebut.
- Tingkat Fertilitas
(Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki
tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas
yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi
cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu,
orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai
kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam
situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
- Kemudahan dalam akses
pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah
didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan
berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan
dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani
pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya
pengetahuan.
(Sumber
: http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_sosial)
(Sumber
: Bondet Wrahatnala.2009.Sosiologi Jilid 2 Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendididan Nasional)