Apakah struktur
sosial itu? Secara ringkas, struktur sosial adalah sebuah cara yang
mana suatu masyarakat akan diorganisasikan ke
dalam hubungan-hubungan yang dapat dilihat melalui
pola perilaku berulang-ulang antarindividu dan antarkelompok dalam
masyarakat tersebut (Kornblum, 1988). Lalu, apa sajakah
bentuk-bentuk struktur sosial dalam masyarakat? Secara
garis besar, bentuk struktur sosial dalam
masyarakat ada dua,
yaitu diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial.
A.
Diferensiasi Sosial
Tahukah kamu bahwa
masyarakat digolongkan berdasarkan kriteria tertentu?
Penggolongan masyarakat berdasarkan kriteria tertentu secara
horizontal disebut dengan diferensiasi sosial. Apakah diferensiasi
sosial itu? Dan bagaimanakah munculnya diferensiasi sosial
serta bentuk-bentuk diferensiasi sosial dalam masyarakat? Untuk
mengetahuinya, marilah kita pelajari bersama uraian
berikut ini.
1.
Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial
atau pembedaan sosial merupakan perwujudan
pembagian sosial atau masyarakat ke dalam kelompok-kelompok
atau golongan-golongan secara horizontal, sehingga tidak
menimbulkan tingkatan-tingkatan secara hierarkis. Menurut Soerjono
Soekanto, diferensiasi sosial adalah variasi pekerjaan, prestise,
dan kekuasaan kelompok dalam masyarakat, yang
dikaitkan dengan interaksi atau akibat umum dari proses
interaksi sosial yang lain. Perwujudan penggolongan masyarakat atas
dasar perbedaan pada kriteria-kriteria yang tidak menimbulkan
tingkatan-tingkatan antara lain ras, agama, jenis kelamin,
profesi, klan, suku bangsa, dan sebagainya.
2.
Munculnya Diferensiasi Sosial
Interaksi sosial
yang dilakukan individu yang memiliki cirri-ciri fisik dan nonfisik
yang berbeda-beda mengakibatkan munculnya
diferensiasi sosial yang membuat individu atau kelompok terpisah
dan berbeda satu sama lain.
a.
Ciri Fisik
Ciri fisik yang
mendorong lahirnya diferensiasi sosial dapat terlihat dengan
adanya perbedaan ras, yaitu penggolongan manusia ke dalam
golongan tertentu berdasarkan perbedaan fisik yang tampak
dari luar (fenotype), seperti warna dan bentuk rambut,
warna mata, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk wajah, warna
kulit, tinggi badan, dan sebagainya.
b.
Ciri Sosial
Ciri sosial
terlihat dengan adanya organisasi-organisasi eksklusif yang
membatasi keanggotaannya hanya pada level-level tertentu dalam
masyarakat. Di sini tersirat sebuah makna bahwa dalam
kehidupan bermasyarakat, setiap anggota melakukan
fungsi atau tugas untuk kepentingan pribadi maupun
kepentingan umum.
c.
Ciri Budaya
Dalam ciri budaya
ini, individu cenderung membedakan antara masyarakat
yang satu dengan masyarakat yang lain. Hal ini terlihat
dengan adanya anggapan bahwa kebudayaan atau gelar
kesarjanaan luar negeri berbeda dengan kebudayaan atau
gelar kesarjanaan dalam negeri. Atau pembagian
masyarakat ke dalam suku-suku bangsa seperti Jawa, Bali, Sunda,
dan lain sebagainya. Dalam diferensiasi,
strata yang dimiliki seseorang dianggap sebagai taraf
permulaan bagi terciptanya stratifikasi sosial. Namun, hal ini
tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu proses yang cukup
panjang. Pada awalnya dengan membedakan
seseorang dengan
yang lain, dipilih, dan kemudian diklasifikasikan
dalam kelompok-kelompok. Selanjutnya,
perbedaan itu
cenderung menjadi tetap dan terciptalah stratifikasi
sosial. Namun demikian, tidaklah ditafsirkan bahwa semua diferensiasi
akan mengarah pada stratifikasi sosial, karena di dalam masyarakat
terdapat kekuatan atau daya yang mendorong
penghapusan perbedaan atau diskriminasi di antara sesama manusia.
3.
Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial
Ada dua parameter
yang digunakan untuk menggolongkan masyarakat dalam bentuk
diferensiasi sosial ini, yaitu parameter biologis dan parameter sosiokultural.
a.
Parameter Biologis
Berdasarkan
parameter biologis, kita mengenal tiga bentuk diferensiasi
sosial, yaitu diferensiasi ras (racial differentiation), diferensiasi jenis
kelamin (sex differentiation), dan diferensiasi umur (age differentiation).
1)
Diferensiasi Ras (Racial Differentiation)
Ras adalah
pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis
lahiriah yang sama, seperti warna dan bentuk rambut,
warna kulit, bentuk hidung, bentuk bibir, ukuran
tubuh, ukuran kepala, warna bola mata,
dan lain
sebagainya. Menurut Banton, ras merupakan suatu tanda peran,
perbedaan fisik yang dijadikan dasar untuk menetapkan
peran yang berbeda-beda. Ditambahkannya, ras
dapat didefinisikan secara fisik dan sosial. Secara
fisik meliputi kondisi fisik yang tampak, seperti warna
kulit, bentuk tubuh, dan lain-lain,
sedangkan secara
sosial menyangkut peran dan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan. Namun dalam
perkembangannya,
kita lebih membatasi pengertian ras hanya dilihat dari
sudut pandang biologis atau fisik saja. Namun demikian,
pembagian ras ini bukan berarti tidak akan menimbulkan
permasalahan. Salah satu penyebab masalah sosial
tentang ras adalah adanya prasangka ras yang merupakan
salah satu aspek dari etnosentrisme, yaitu suatu sifat manusia
yang menganggap bahwa cara hidup golongannya
adalah paling baik, sedangkan cara hidup golongan lain
dianggap tidak baik dan kadangkadang disertai dengan
perasaan menentang golongan lain.
2)
Diferensiasi Jenis Kelamin (Sex Differentiation)
Diferensiasi jenis
kelamin merupakan pembedaan manusia berdasarkan
perbedaan jenis kelamin, yaitu lakilaki dan perempuan.
Dalam masyarakat, pembedaan ini cenderung pada
pengertian gender, yaitu pembedaan antara laki-laki
dan perempuan secara budaya. Pembedaan ini
cenderung pada pembedaan peranan antara laki-laki
dan perempuan. Misalnya dalam suatu keluarga, peranan
seorang laki-laki sebagai kepala keluarga, sedangkan
perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga atau yang
bertugas mengurus segala sesuatu yang
berhubungan dengan rumah tangga. Sebagai kepala
keluarga, seorang laki-laki berkewajiban mencari nafkah
untuk keluarganya, mencintai anak istrinya, serta
bertanggung jawab atas pendidikan anakanaknya.
3)
Diferensiasi Klan (Clan Differentiation)
Kesatuan terkecil
dari kerabat unilateral disebut dengan klan. Dalam klan,
masyarakat yang bertalian darah (genealogis)
dipengaruhi oleh faktor pertalian darah yang sangat kuat,
sedangkan masyarakat yang bertalian dengan faktor teritorial
(daerah) hampir tidak tampak. Tiap-tiap orang merasa ada
pertalian darah antara satu dengan yang lainnya, sebab
mereka merasa satu keturunan (sama\ leluhurnya). Begitu
juga kelangsungan hak dan kewajiban diurus
dalam suatu kelompok, di mana anggota kelompok
itu ditentukan berdasarkan garis keturunan laki-laki
atau perempuan. Dari uraian tersebut
kita dapat mengidentifikasi, bahwa ciri-ciri klan
adalah sebagai berikut.
a) Ikatan
kekerabatannya berdasarkan persamaan leluhur atau
pertalian darah.
b) Hubungan
antaranggota sangat erat.
c) Pemilihan
pasangan hidup diatur menurut prinsip endogami (pemilihan
pasangan di dalam klan).
d) Merupakan
kelompok kerja sama abadi. Klan-klan yang ada
dalam masyarakat menganut sistem kekerabatan yang
berbeda-beda. Sistem kekerabatan yang umum berlaku
ada tiga macam, yaitu patrilineal, matrilineal, dan
bilateral atau parental.
a)
Sistem Kekerabatan Patrilineal
Sistem kekerabatan
patrilineal adalah sistem kekerabatan yang
menarik garis keturunan dari pihak ayah atau
laki-laki. Di negara kita, sistem kekerabatan ini antara lain
dianut oleh masyarakat Batak.
b)
Sistem Kekerabatan Matrilineal
Sistem kekerabatan
matrilineal adalah sistem kekerabatan yang
menarik garis keturunan dari pihak perempuan atau ibu.
Di negara kita, sistem kekerabatan ini antara lain
dianut oleh masyarakat Minangkabau.
c)
Sistem Kekerabatan Bilateral atau Parental
Sistem kekerabatan
bilateral adalah sistem kekerabatan yang
menarik garis keturunan dari kedua belah pihak,
baik dari laki-laki atau ayah maupun dari
perempuan atau ibu. Di negara kita, sistem kekerabatan
ini antara lain dianut oleh masyarakat Jawa.
4)
Diferensiasi Suku Bangsa (Tribal Differentiation)
Suku bangsa adalah
segolongan manusia yang terikat oleh identitas dan
kesadarannya yang diperkuat oleh adanya kesamaan bahasa dan
kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat,
suku bangsa atau ethnic group didefinisikan
sebagai suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan
identitas akan persatuan kebudayaan, di mana kesadaran
dan identitas tersebut seringkali (tetapi tidak selalu)
dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Kesamaan bahasa, adat
istiadat, maupun kesamaan nenek moyang merupakan ciri dari
suatu suku bangsa. Ciri-ciri mendasar
suatu kelompok disebut sebagai suku bangsa antara lain
sebagai berikut.
a) Tipe fisiknya
sama.
b) Bahasa daerahnya
sama.
c) Adat istiadatnya
sama.
d) Kebudayaan dan
penafsiran terhadap norma-norma pergaulannya sama.
(Sumber : Bondhet Wahatnala.2009.Sosiologi Jilid 2 Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
(Sumber : Bondhet Wahatnala.2009.Sosiologi Jilid 2 Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar