Stratifikasi Sosial
Setelah kita
membahas banyak mengenai diferensiasi sosial, kini kita membahas
pengelompokan masyarakat dengan menggunakan pola
stratifikasi sosial. Apakah yang dimaksud dengan stratifikasi
sosial? Apakah perbedaannya dengan diferensiasi
sosial? Mari kita simak paparan berikut ini.
1.
Pengertian Stratifikasi Sosial
Dalam masyarakat di
mana kamu tinggal, kamu dapat menjumpai
orang-orang yang termasuk golongan kaya, sedang, dan miskin.
Penggolongan tersebut menunjukkan bahwa di dalam masyarakat
terdapat tingkatan-tingkatan yang membedakan antara manusia yang
satu dengan manusia yang lain. Dalam sosiologi,
pengelompokan masyarakat berdasarkan tingkatan-tingkatan
tertentu itu disebut dengan stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial
atau pelapisan sosial secara umum dapat diartikan sebagai
pembedaan atau pengelompokan anggota masyarakat secara
vertikal. Stratifikasi sosial merupakan gejala sosial yang
sifatnya umum pada setiap masyarakat.
a.
Pitirim A. Sorokin
Stratifikasi sosial
adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya
adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat. Setiap
lapisan itu disebut dengan strata sosial. Ditambahkan bahwa
stratifikasi sosial merupakan ciri yang tetap pada setiap
kelompok sosial yang teratur. Lapisanlapisan di dalam masyarakat
memang tidak jelas batasbatasnya,tetapi tampak bahwa
setiap lapisan akan terdiri atas
individu-individu yang mempunyai tingkatan atau strata sosial yang secara relatif adalah sama.
b.
P.J. Bouman
Stratifikasi sosial
adalah golongan manusia dengan ditandai suatu cara hidup
dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa yang
tertentu dan karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan.
c.
Soerjono Soekanto
Stratifikasi sosial
adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam
kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
d.
Bruce J. Cohen
Stratifikasi sosial
adalah sistem yang menempatkan seseorang sesuai dengan
kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka pada kelas
sosial yang sesuai.
e.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
Stratifikasi sosial
adalah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu
masyarakat.
2.
Ukuran sebagai Dasar Pembentukan Stratifikasi Sosial
Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga
Sosiologi” menyatakan bahwa selama dalam masyarakat ada
sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial
akan terjadi. Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan
sebagai dasar pembentukan stratifikasi sosial adalah ukuran
kekayaan, kekuasaan dan wewenang, kehormatan, serta ilmu
pengetahuan.
a.
Ukuran kekayaan
b.
Ukuran kekuasaan dan wewenang
c.
Ukuran kehormatan
d.
Ukuran ilmu pengetahuan
3.
Sifat-Sifat Stratifikasi Sosial
Dilihat dari
sifatnya, kita mengenal dua sistem stratifikasi sosial, yaitu
sistem stratifikasi sosial tertutup dan sistem stratifikasi sosial
terbuka.
a.
Stratifikasi Sosial Tertutup (Close Social Stratification)
Sistem stratifikasi
sosial tertutup ini membatasi atau tidak memberi kemungkinan
seseorang untuk pindah dari suatu lapisan ke lapisan
sosial yang lainnya, baik ke atas maupun ke bawah. Dalam
sistem ini, satu-satunya jalan untuk masuk menjadi anggota
dari suatu strata tertentu dalam masyarakat adalah dengan
kriteria kelahiran. Dengan kata lain, anggota kelompok dalam satu
strata tidak mudah untuk melakukan mobilitas atau
gerak sosial yang bersifat vertikal, baik naik maupun turun. Dalam
hal ini anggota kelompok hanya dapat melakukan mobilitas
yang bersifat horizontal. Salah satu contoh
sistem stratifikasi sosial tertutup adalah
sistem kasta pada
masyarakat Bali. Di Bali, seseorang yang sudah menempati
kasta tertentu sangat sulit, bahkan tidak bisa pindah ke
kasta yang lain. Seorang anggota kasta teratas sangat sulit untuk
pindah ke kasta yang ada di bawahnya, kecuali ada
pelanggaran berat yang dilakukan oleh anggota tersebut.
b.
Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification)
Sistem stratifikasi
sosial terbuka ini memberi kemungkinan kepada seseorang
untuk pindah dari lapisan satu ke lapisan yang lainnya, baik
ke atas maupun ke bawah sesuai dengan kecakapan,
perjuangan, maupun usaha lainnya. Atau bagi mereka yang tidak
beruntung akan jatuh dari lapisan atas ke lapisan di
bawahnya. Pada sistem ini justru akan memberikan rangsangan yang
lebih besar kepada setiap anggota
masyarakat, untuk
dijadikan landasan pembangunan dari sistem yang
tertutup. Dengan kata lain,
masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang bersifat
terbuka ini akan lebih mudah melakukan gerak mobilitas sosial,
baik horizontal maupun vertikal. Tentu saja sesuai dengan
besarnya usaha dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk
mencapai strata tertentu. Sistem stratifikasi
sosial pada masyarakat terbuka didorong oleh beberapa
faktor berikut ini.
1)
Perbedaan Ras dan Sistem Nilai Budaya (Adat Istiadat)
Perbedaan ini
menyangkut warna kulit, bentuk tubuh, dan latar belakang
suku bangsa. Perbedaan ini mem- berikan pengaruh
pada perbedaan kelas-kelas sosial di dalam masyarakat.
2)
Pembagian Tugas (Spesialisasi)
Spesialisasi ini
menyebabkan terjadinya perbedaan fungsi stratifikasi dan
kekuasaan dalam suatu sistem kerja
kelompok.
3)
Kelangkaan Hak dan Kewajiban
Apabila pembagian
hak dan kewajiban tidak merata, maka yang akan
terjadi adalah kelangkaan yang menyangkut
stratifikasi sosial di dalam masyarakat.
4.
Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat
Dalam suatu
masyarakat, stratifikasi sosial terdiri atas dua unsur, yaitu
kedudukan (status) dan peranan (role).
a.
Kedudukan (Status)
Status atau
kedudukan adalah posisi sosial yang merupakan tempat di mana
seseorang menjalankan kewajibankewajiban dan berbagai
aktivitas lain, yang sekaligus merupakan tempat
bagi seseorang untuk menanamkan harapan-harapan.
Dengan kata lain status merupakan posisi sosial seseorang
dalam suatu hierarki. Ada beberapa kriteria
penentuan status seperti dikatakan oleh Talcott
Parsons, yang menyebutkan ada lima kriteria yang digunakan
untuk menentukan status atau kedudukan seseorang dalam
masyarakat, yaitu kelahiran, mutu pribadi, prestasi,
pemilikan, dan otoritas. Sementara itu, Ralph
Linton mengatakan bahwa dalam kehidupan
masyarakat kita mengenal tiga macam status, yaitu ascribed
status, achieved status, dan assigned status.
1)
Ascribed Status
Ascribed
status merupakan status yang diperoleh seseorang tanpa
usaha tertentu. Status sosial ini biasanya
diperoleh karena
warisan, keturunan, atau kelahiran. Contohnya seorang
anak yang lahir dari lingkungan bangsawan, tanpa
harus berusaha, dengan sendirinya ia sudah memiliki
status sebagai bangsawan.
2)
Achieved Status
Status ini diperoleh
karena suatu prestasi tertentu. Atau dengan kata lain
status ini diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasar
keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan
masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan-tujuannya. Misalnya seseorang dapat menjadi hakim
setelah menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum dan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang memerlukan
usaha-usaha tertentu.
3)
Assigned Status
Assigned
status adalah status yang dimiliki seseorang karena jasa-jasanya
terhadap pihak lain. Karena jasanya tersebut, orang
diberi status khusus oleh orang atau kelompok tersebut.
Misalnya gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, peraih
kalpataru atau adipura, dan lainnya.
b.
Peranan (Role)
Peranan merupakan aspek
dinamis kedudukan atau status. Dalam kehidupan di
masyarakat, peranan diartikan sebagai perilaku yang
diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban
sesuai dengan status yang dimilikinya. Status
dan peranan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada
peranan tanpa status, dan tidak ada status tanpa peranan. Interaksi sosial
yang ada di dalam masyarakat merupakan
hubungan antara
peranan-peranan individu dalam masyarakat. Ada
tiga hal yang tercakup dalam peranan, yaitu sebagai berikut.
1) Peranan meliputi
norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
kedudukan seseorang dalam masyarakat.
2) Peranan
merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3) Peranan
merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat. Setiap manusia
memiliki status atau kedudukan dan peranan sosial tertentu
sesuai dengan struktur sosial dan pola-pola
pergaulan hidup di
masyarakat. Dalam setiap struktur, ia memiliki kedudukan
dan menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukannya
tersebut. Kedudukan dan peranan mencakup tiap-tiap
unsur dan struktur sosial. Jadi, kedudukan menentukan peran,
dan peran menentukan perbuatan (perilaku). Dengan
kata lain, kedudukan dan peranan menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat, serta kesempatan-kesempatan
apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Semakin
banyak kedudukan dan peranan
seseorang, semakin
beragam pula interaksinya dengan orang lain. Interaksi
seseorang berada dalam struktur hierarki, sedangkan
peranannya berada dalam setiap unsur-unsur sosial tadi. Jadi hubungan
antara status dan peranan adalah bahwa status atau
kedudukan merupakan posisi seseorang dalam struktur hierarki,
sedangkan peranan merupakan perilaku aktual dari status.
Dalam kenyataannya, stratifikasi sosial
mempunyai fungsi sebagai berikut.
a. Stratifikasi
sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa
tugas utama.
b. Stratifikasi
sosial menyusun, mengatur, serta mengawasi saling hubungan di
antara anggota masyarakat.
c. Stratifikasi
sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan
mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unit-unit yang ada dalam
struktur sosial itu.
d. Stratifikasi
sosial mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda,
sehingga dapat menyederhanakan dunia manusia dalam
konteks saling berhubungan di antara mereka.
(Sumber : Bondet Wrahatnala.2009.Sosiologi Jilid 2 Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional)
(Sumber : Bondet Wrahatnala.2009.Sosiologi Jilid 2 Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar